Kamis, 12 Juni 2014

BELAJAR MELALUI PENGALAMAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tujuan dari belajar bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan materi dengan menghapal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Lebih jauh daripada itu, orientasi sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka panjang. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Proses pembelajaran harus bisa menciptakan suatu proses belajar yang dapat mengeksplorasi wawasan pengetahuan siswa dan dapat mengembangkan makna sehingga akan memberikan kesan yang mendalam terhadap apa yang telah dipelajarinya. Alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran belajar melalui pengalaman atau biasa disebut experiential learning.
Model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model  ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Hasil dari proses pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, juga tidak seperti teori behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. Pengetahuan yang tercipta dari model ini merupakan perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.





B.     Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.    Apa yang dimaksud dengan proses pembelajaran melalui pengalaman?
2.    Bagaimana konsep model belajar melalui pengalaman (experiental learning)?
3.    Apa saja prinsip dasar dari experiental learning?
4.    Bagaimana karakteristik dan keuntungan dari experiental learning?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apa itu proses pembelajaran melalui pengalaman
2.      Mengetahui konsep model belajar melalui pengalaman (experiental learning)
3.      Mengetahui prinsip dasar dari experiental learning
4.      Mengetahui karakteristik dan keuntungan dari experiental learning

D.    Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang experiental learning atau belajar melalui pengalaman.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konsep Belajar Melalui Pengalaman (Experiental Learning)
Metode Experiential Learning adalah suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung.
Oleh karena itu, metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan.  Setelah itu, mereka memandang kritis kegiatan tersebut.  Kemudian, mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkannya dalam bentuk lisan atau tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Pada experiential learning, langkah menantang bagi instruktur atau guru adalah memikirkan atau merancang aktifitas pengalaman belajar seperti apa yang harus terjadi pada diri peserta baik individu maupun kelompok.  Aktifitas pembelajaran harus berfokus pada peserta belajar (student-centered learning). Dengan demikian, apa yang harus kita lakukan, apa yang harus mereka lakukan, apa yang harus kita katakan atau sampaikan harus secara detail kita rannag dengan baik. Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang yang dibutuhkan juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk digunakan.
Perbedaan mendasar antara Experiential Learning dengan cara tradisional adalah
Experiential Learning
Tradisional Content-based Learning
Aktif
Pasif
Bersandar pada penemuan individu
Bersandar pada keahlian mengajar
Partisipatif, berbagai  arah
Otokratis, satu arah
Dinamis dan belajar dengan melakukan
Terstruktur dan belajar dengan mendengar
Bersifat terbuka
Cakupan terbatas dengan sesuatu       yang baku
Mendorong untuk  menemukan sesuatu
Terfokus pada tujuan belajar yang khusus

Metode Experiential Learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja.  Namun, juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata.  Selanjutnya, metode ini akan mengakomodasi  dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.

B.     Konsep Model Experiential Learning
Experiental learning theory (ELT), yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning , dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dari teori-teori belajar lainnya. Istilah “experientrial” di sini untuk membedakan anatara teori belajar kognitif yang cenderung menekankan kognisi lebih daripada afektif. Dan teori belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar (Kolb dalam Baharudin dan Esa, 2007: 165).
Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki siswa, karenanya model ini memiliki tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar (learning style inventory) yang dikembangkan masing-masing siswa, David Kolb mengklasifikasikan gaya belajar seseorang menjadi empat kategori sebagai berikut:
a. Converger
Tipe ini lebih suka belajar jika menghadapi soal yang mempunyai jawaban tertentu. Orang dengan tipe ini tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
b. Diverger
Tipe ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Orang dengan tipe ini lebih suka berhubungan dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
c. Assimilation
Tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Orang dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika.
d. Accomodator
Tipe ini berminat pada penngembangan konse-konsep. Orang dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Dari keempat gaya tersebut, tidak berarti manusia harus digolongkan secara permanen dalam masing-masing kategori. Menurut Kolb, belajar merupakan suatu perkembangan yang melalui tiga fase yaitu, pengumpulan pengetahuan (acquisition), pemusatan perhatian pada bidang tertentu (specialization) dan menaruh minat pada bidang yang kurang diminati sehingga muncul minat dan tujuan hidup baru. Sehingga, walaupun pada tahap awal individu lebih dominan pada gaya belajar tertentu, namun pada proses perkembangannya diharapkan mereka dapat mengintegrasikan semua kategori belajar.
Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu; 1) mengubah struktur kognitif siswa, 2) mengubah sikap siswa, dan 3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
Experiential learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya. Motivasi ini didasarkan pula pada tujuan yang ingin dicapai dan model belajar yang dipilih. Keinginan untuk berhasil tersebut dapat meningkatakan tanggung jawab siswa terhadap perilaku belajarnya dan meraka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut.
Experiential learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup: keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Model  experiential learning memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan siswa.

C.    Prinsip Dasar Experiental Learning
Experiential learning adalah suatu proses dimana siswa mengkonstuksi atau menyusun pengetahuan keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung. Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu.
1) Tahap pengamalan konkrit (Concrete Experience)
Merupakan tahap paling awal, yakni seseorang mengalami sesuatu peristiwa sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan menceritakan kembali peristiwa itu).Dalam tahap ini seseorang belum memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
2) Tahap Pengalaman Aktif dan Reflektif (Reflection Observation)
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.
3) Tahap Konseptualisasi (Abstract Conseptualization)
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian.
4) Tahap Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation)
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata.
Pada dasarnya, tahap-tahap tersebut berlangsung diluar kesadaran orang yang belajar, (begitu saja terjadi).
Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif,  seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan (Nasution dalam Baharudin dan Esa, 2007:167).
Kemampuan
Uraian
Pengutamaan
Concrete Experience(CE)
Siswa melibatkan diri  sepenuhnya dalam pengalaman baru
Feeling (perasaan)
Reflection Observation(RO)
Siswa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi
Watcing (mengamati)
Abstract Conceptualization (AC)
Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat
Thinking (berpikir)
Active Experimentation(AE)
Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan
Doing (berbuat)

D.    Karakteristik dan Keuntungan Belajar Melalui Pengalaman (Experiental Learning)
Experiential learning seringkali diidentikkan dengan kegiatan outbound, yaitu pelatihan yang membawa pesertanya ke alam terbuka. Banyak metode yang digunakan di dalamnya mulai dari simulasi, demonstrasi, role-play atau memecahkan games dan metode-metode lainnya. Bagi saya apa yang dipahami seperti ini adalah penyempitan dari makna experiential learning itu sendiri.
Dari maknanya, experiential learning secara sederhana dapat diartikan sebagai pembelajaran melalui pengalaman. Hal tersebut menjelaskan bahwa seseorang diarahkan untuk belajar melalui proses mengalami sendiri topik yang sedang dipelajarinya.

Karakteristik belajar melalui pengalaman adalah sebagai berikut :
1.      Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.
2.      Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak pada pengalaman.
3.      Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan.
4.      Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara utuh.
5.      Belajar merupakan transaksi antara individu dengan lingkungan.
6.      Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.

Apabila metode Experiential Learning dilakukan dengan baik dan benar, maka ada beberapa keuntungan yang akan didapat, antara lain:
1.      meningkatkan semangat dan gairah pembelajar,
2.      membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif,
3.      memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,
4.      mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif,
5.      menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda,
6.      memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan
7.      memperkuat kesadaran diri.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang memperhatikan atau menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami siswa. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa mengkonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengatahuan. Siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berbeda dari apa yang mereka telah pelajari, hal ini karena perbedaan dan keunikan dari masing-masing gaya belajar masing-masing siswa.

B.     Saran
Penulis menyarankan untuk menggunakan model pembelajaran experiental learning dalam proses pembelajaran karena dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar