A.
Metode Pemecahan
Masalah (Problem Solving)
1.
Masalah dan Hakikat Pemecahannya
Berkaitan dengan masalah, Johnson &
Johnson (Moh Umar & Max HWaney.1980), mengatakan ada ketidak-cocokkan atau
perbedaan antara keadaan yang nyata dengan keadaan yang dikehendaki. Dapat
dikatakan bahwa masalah/problem adalah suatu keadaan yang negatif yang tidak
sesuai dengan keadaan yang diharapkan.
Secara umum ada tiga cara
pemecahan masalah, yaitu:
1.
Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan
oleh penguasa yang berwenang (pejabat, guru). Dalam hal ini sifat siswa pasif,
karena segalanya (isi, tujuan, dan cara belajar) yang menentukan adalah guru.
2.
Pemecahan secara ilmiah, yaitu pemecahan yang
menggunakan beberapa metode, misalnya inkuiri, discovery, problem solving, dan
sebagainya.
3.
Pemecahan secara metafisik, yaitu pemecahan yang
menggunakan cara-cara yang tidak rasional, misalnya secara gaib.
Dari ketiga cara pemecahan masalah di atas,
yang paling rasional dan sesuai dengan dunia pendidikan adalah pemecahan secara
ilmiah. Menurut Mukminan (2000:2), pengetahuan atau yang sering disebut ilmu
itu dapat dikatakan ilmiah, apabila:
1.
Mempunyai obyek, artinya apabila akan mencari
kebenaran maka ilmu itu harus sesuai dengan obyeknya. Bukan lagi gunanya yang
dipentingkan, melainkan kebenarannya, sebab tujuan ilmu yang utama adalah untuk
mencapai kebenaran.
2.
Mempunyai metode, artinya untuk mencari kebenaran
itu menggunakan metode ilmiah.
3.
Bersifat universal, artinya bersifat umum dilihat
dari segi waktu dan tempat
4.
Mempunyai sistem, artinya susunan hal-hal yang ada
sebagai keseluruhan itu mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain.
Landasan pemecahan masalah adalah berpikir
kritis, cara berpikir kritis ini melalui suatu proses sebagai berikut:
1.
Menyadari adanya suatu masalah.
2.
Mencari petunjuk untuk pemecahannya:
a.
Pikirkan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya
(hipotesis) dan pendekatannya
b.
Ujilah kemungkinan-kemungkinan tersebut berdasar kriteria-kriteria
tertentu
3.
Pergunakanlah suatu pemecahan yang cocok dengan
kriteria dan tanggalkan kemungkinan pemecahan lainnya.
2. Kelebihan
dan Kelemahan Metode Pemecahan Masalah
Kelebihan Metode Pemecahan Masalah
1.
Siswa
memiliki keterampilan memecahkan masalah. Hal ini merupakan bekal dalam
menghadapi dan memecahkan masalah baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat,
maupun di tempat kerjanya kelak.
2.
Merangsang
pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, rasional, logis, dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menggunakan mentalnya
dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan pendekatan dalam rangka
mencari pemecahannya.
3.
Pendidikan
di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja. Karena siswa telah terbiasa memecahkan
masalah dengan langkah-langkah metode pemecahan masalah, maka mereka menjadi terbiasa
pula untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan yang semakin
kompleks.
4.
Menimbulkan
keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
Kelemahan
Metode Pemecahan Masalah
1.
Menentukan
suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa
itu tidak mudah. Oleh karena guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan
keterampilan memilih suatu masalah yang sesuai dengan tingkat umur, kemampuan,
dan latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa.
2.
Mengubah
kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara
individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,
merupakan tantangan atau bahkan kesulitan tersendiri bagi siswa.
3.
Proses
pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga terpaksa mengambil waktu mata
pelajaran yang lain.
4.
Kurang
sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru.
5.
Metode
ini kurang tepat jika digunakan bagi siswa yang belum dewasa.
3. Penerapan
Metode Pemecahan Masalah
Menurut Johnson dan Jhonson
(Husein Achmad, dkk.1981) pemecahan masalah sebagai metode mengajar IPS
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Definisi
Masalah
Guru hendaknya mengarahkan
siswanya untuk memberikan batasan-batasan terhadap pengertian-pengertian yang
terkandung di dalam masalah. Untuk perumusan masalah dianjurkan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Semua
pernyataan ditampung/ditulis di papan tulis. Kemukakan sebanyak dan sekonkrit
mungkin dengan mengemukakan orang, tempat, sumber, dan jangan mempersoalkan
ketepatannya.
b.
Rumuskan
kembali setiap pernyataan tersebut sehingga mendapatkan gambaran yang ideal dan
aktual. Keluarkan definisi-definisi yang tidak memiliki sumber-sumber yang
cukup untuk dipecahkan secara kelompok. Pilihlah satu definisi yang oleh
kelompok dianggap paling tepat. Masalah yang dipilih harus bersifat penting
(important), dapat dipecahkan (soluble), dan mendesak (urgent).
2.
Diagnose
masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya)
Dalam langkah yang kedua ini
kita akan mengupas tentang penyebab timbulnya masalah dan akibat lebih lanjut apabila
masalah tersebut tidak diatasi. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui sifat
dan besarnya kekuatan-kekuatan pendorong menuju kearah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan
yang menghambat atau menentang arah tersebut.
3.
Merumuskan
alternatif dan rencana pemecahannya
Pada tahap ini adalah
merumuskan sebanyak-banyaknya alternatif pemecahan masalah. Setelah itu mencari
faktor-faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Oleh karena itu kelompok
harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan ide, dan mempunyai daya
temu yang tinggi.
4.
Penerapan
dan penetapan suatu strategi
Setelah berbagai alternatif
pemecahan masalah diperoleh, maka pada tahap ini kelompok memutuskan:
a.
memilih
alternatif yang sesuai dengan masalah,
b.
memilih
alternatif yang mempunyai banyak factor pendukung dan sedikit faktor
penghambatnya, dan
c.
meninjau
keuntungan atau efek samping terhadap setiap alternatif bila diterapkan.
5.
Evaluasi
keberhasilan strategi yang dicapai.
Alternatif-alternatif yang
mempunyai alasan rasional, logis, praktis, serta tepat bila diterapkan,
diangkat menjadi keputusan atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Hasil akhir dari evaluasi harus dapat menunjukkan:
•
masalah
apa yang sudah dipecahkan;
•
seberapa
jauh pemecahannya;
•
masalah
apa yang belum terpecahkan; dan
•
masalah
baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini.
Dalam penerapannya, metode
pemecahan masalah ini dilaksanakan secara kelompok, guru berfungsi sebagai
pengarah dan motifator, sedangkan semua pendapat digali dari siswa. Semua
pendapat ditampung, kemudian diseleksi dengan mencari alasan-alasan yang
rasional, logis, dan tepat. Apabila ada sesuatu yang tidak dapat digali dari
siswa, barulah guru memberikan informasi. Pelaksanaan metode pemecahan masalah
ini akan berhasil dengan baik apabila siswa telah menguasai bahan dan telah
menguasai langkah-langkahnya tahap demi tahap.
Berdasar hasil penelitian
bahwa anak didik melaksanakan problem solving pada permulaan kelas tiga (Cheppy
HC,tt:100). Sesuai dengan perkembangan anak usia SD yang masih dalam tingkatan
operasional konkrit, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, ini merupakan kunci
pokok dalam belajarnya.
Selanjutnya Cheppy
mengatakan bahwa pada tingkatan usia tersebut siswa sebenarnya sudah dapat
mengumpulkan data, mengembangkan konsep, menemukan, dan menilai generalisasi
dalam lapangan ekonomi dan geografi. Hanya saja siswa tidak selalu mengikuti
pola-pola atau langkah-langkah metode pemecahan masalah.
B.
Pendekatan Konsep Sains-Teknologi-Masyarakat (STM )
dalam Pembelajaran IPS
1.
Hakikat Pendekatan STM
Menurut Yager (Arnie
Fajar.2002:27), secara umum pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM
memiliki karakteristik, sebagai berikut:
1.
Identifikasi
masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak
2.
Penggunaan
sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang
dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3.
Keterlibatan
siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari
4.
Penekanan
pada keterampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan
masalah
5.
Kesempatan
bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk
memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi
6.
Identifikasi
bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di masa depan
7.
Kebebasan
atau otonomi dalam proses belajar.
Suatu hal yang tidak boleh
dilupakan bahwa pendekatan STM dilandasi oleh
dua hal penting, yaitu:
1.
adanya
keterkaitan yang erat antara sains, teknologi, dan masyarakat yang dalam
pembelajarannya menganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan bahwa si
pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan
lingkungan, dan
2.
dalam
pembelajaran terkandung lima ranah, yaitu pengetahuan, sikap, proses, kreativitas,
dan aplikasi.
2.
Pendekatan STM dan Kaitannya dengan
IPS
Agar pelaksanaannya pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil dengan
baik, maka sebagai seorang guru kiranya penting untuk mengetahui tahap-tahapnya.
Adapun tahap-tahap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1.
Tahap
apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah
actual yang ada di masyarakat.
2.
Tahap
pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri
melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
3.
Tahap
aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang
telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasar konsep yang telah dipahami
siswa.
4.
Tahap
pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi
kesalahan konsep pada siswa.
5.
Tahap
evaluasi, dapat berupa evaluai proses maupun evaluasi hasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar